Sabtu, 27 Agustus 2022

Cegah Stunting

 


Pengertian Stunting

Seorang anak dikatakan mengalami stunting jika tinggi badan menurut usianya lebih dari dua standar deviasi di bawah ketetapan Standar Pertumbuhan Anak WHO. Hal ini dapat disebabkan karena nutrisi yang tidak memadai dan infeksi berulang selama 1000 hari pertama kehidupan seorang anak (sejak pembuahan sampai usia dua tahun).

Penyebab Stunting

Apa saja faktor penyebab stunting? Mom dan Ayah perlu mengenali berbagai penyebab stunting sebagai salah satu upaya pencegahan.

Terbatasnya Pengetahuan Orang Tua Mengenai Asupan Nutrisi pada Masa Kehamilan

Mom, tumbuh kembang anak sudah dimulai sejak masa kehamilan. Asupan nutrisi yang kurang bergizi dan berkualitas selama masa kehamilan akan menghambat perkembangan buah hati.  Sayangnya, sebagian orang tua masih kurang memahami hal ini. Penyebab stunting ini dapat dicegah dengan cara berkonsultasi kepada dokter kandungan ataupun membaca informasi dari sumber-sumber terpercaya.

Kondisi Lingkungan Anak

Kondisi lingkungan di sekitar anak yang mungkin tidak terjaga kebersihannya menjadi salah satu penyebab stunting yang perlu diwaspadai. Kondisi lingkungan seperti ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit dan infeksi berulang yang mengganggu tumbuh kembang anak.

Sulitnya Akses ke Sarana Kesehatan

Sulitnya akses ke sarana kesehatan membuat Mom tidak mendapatkan informasi dan bantuan kesehatan terbaik untuk sang anak, dan secara tidak langsung menjadi penyebab stunting.

Ciri-ciri Stunting pada Anak

Ciri-ciri stunting pada anak yang perlu Mom dan Ayah waspadai adalah:

    • Tinggi badan yang berada di bawah kisaran normal
    • Berat badan balita cenderung menurun atau sulit naik
    • Lebih mudah sakit karena daya tubuh yang rendah
    • Keterlambatan pada perkembangan fisik, sosial dan mental
    • Kemampuan fokus dan memori belajar yang kurang atau menurun
    • Pertumbuhan gigi yang terlamat

Cara Mencegah Stunting

Selain mengenali penyebab stunting dan ciri-ciri stunting, Mom dan Ayah juga perlu mengetahui cara mencegah stunting baik sejak bayi kandungan ataupun setelah melahirkan.

Cara Mencegah Stunting Sejak Dalam Kandungan

penyebab dan cara mencegah stunting Cara mencegah stunting perlu dimulai sejak awal kehamilan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

    • Pemeriksaan kehamilan secara berkala. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengecek kondisi kesehatan Mommil dan juga bayi dalam kandungan.
    • Deteksi dini penyakit menular dan tidak menular pada Mommil yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kondisi bayi.
    • Konsumsi makanan bernutrisi. Saat hamil, Mommil membutuhkan asupan gizi ekstra untuk tumbuh kembang bayi juga kesehatan Mom sendiri. Bila perlu, konsultasikan kebutuhan ini dengan ahli gizi atau dokter kandungan.

Cara Mencegah Stunting pada Anak

Cara mencegah stunting perlu dilakukan bukan hanya selama masa kehamilan, melainkan juga setelah kelahiran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

    • Melakukan proses persalinan di klinik terpercaya seperti Klinik Kehamilan Sehat untuk mendapatkan penanganan terbaik.
    • Memberikan ASI sebagai makanan utama hingga sang bayi berumur 6 bulan
    • Cara mencegah stunting juga dapat dilakukan dengan memberikan makanan tambahan yang kaya gizi dimulai setelah bayi berumur 6 bulan.
    • Pemberian imunisasi lengkap untuk mencegah anak menderita penyakit berbahaya.
    • Pemantauan tumbuh kembang balita dengan melakukan pemeriksaan rutin yaitu pemeriksaan berat dan tinggi badan setiap bulannya.

Apakah Stunting bisa Disembuhkan?

Pengobatan stunting dapat dilakukan dengan menyasar pada penyebab stunting itu sendiri. Bila kondisi ini disebabkan oleh malnutrisi, maka dokter akan menyarankan pemberian nutrisi dalam jenis dan dosis yang tepat. Bila hal tersebut terjadi karena adanya kondisi medis tertentu, maka dokter akan berfokus pada penanganan kondisi tersebut.

Stunting itu masalah ?


Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.

Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi


 Oleh : P2PTM Kemenkes RI

Sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah yang disebut stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.

Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.

“Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih”, tutur Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, di Jakarta (7/4).

Diterangkan Menkes Nila Moeloek, kesehatan berada di hilir. Seringkali masalah-masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, baik itu masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan. Karena itu, ditegaskan oleh Menkes, kesehatan membutuhkan peran semua sektor dan tatanan masyarakat.

1) Pola Makan

Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.

Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, di samping tetap membiasakan mengonsumsi buah dan sayur.

Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.

2) Pola Asuh

Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita.

Dimulai dari edukasi tentang kesehatab reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan.

Bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan.

Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun berikan juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya di Posyandu atau Puskesmas.

3) Sanitasi dan Akses Air Bersih Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.

“Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang ibu) maka, dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya. Karena itu, edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada peningkatan kesehatan gizi atau ibu dan anaknya”, tutupnya.

*Sekilas Mengenai Stunting*

Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia,
juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak
stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh
pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah,
produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.

Tentang Stunting



Prevalensi stunting di Indonesia termasuk sangat tinggi, yaitu mencapai 28% pada tahun 2019. Angka tersebut sudah turun dari tahun 2013, dimana mencapai 37% balita yang mengalami 
stunting (Integrated Study of Nutrition for Children Below 5 - SSGBI 2019). Untuk mengatasi masalah penting ini, Pemerintah Indonesia menempatkan stunting sebagai prioritas nasional dan meluncurkan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting pada tahun 2018 untuk memperkuat implementasi kerangka kerja kebijakan multisektoral dan mendorong konsolidasi dan konvergensi program di tingkat nasional dan daerah. StraNas menargetkan 100 kabupaten/kota sebagai prioritas pertama,

Deteksi Dini Stunting

Mengenal Stunting: Deteksi Dini, Dampak, dan Pencegahannya 5 April 2022, 10.23   Oleh:  helmyati   Stunting merupakan salah satu permasalaha...